Jimat Cinta Marilyn Part 2

Penasaran sama kelanjutan cerita Cinta Marilyn? Apakah Marilyn jadi bertemu dengan pangeran pujaan hatinya? Penasaran kan? Nih lanjutannya :p

“Kamu tidak boleh menikahi Marilyn, kamu sudah kami jodohkan dengan Puteri dari kerajaan Amori” Bentak Raja negeri Beth terhadap Pangeran Erick yang hendak pergi ke danau di perbatasan untuk menemui Marilyn. “Aku mencintai Marilyn, ayahanda. Aku hanya ingin dia yang menjadi permaisuriku kelak. Jawab Pangeran Erick lemas. “Tidak bisa anakku, kamu sudah dijodohkan dengan puteri kerajaan Amori, aku ingin hari ini juga kamu pergi kesana dan melamar Elouisa, anak Raja Amori. Jawab Raja dengan tegas. “Tapi ayahanda, aku sudah mengajak dia untuk bertemu, ijinkan aku untuk menemuinya barang satu kali saja untuk menyampaikan salam perpisahan” Jawab Pangeran Erick. “Tidak bisa, Erick. Kamu harus meninggalkan dia”
            Matahari mulai terbenam, Marilyn bergegas menuju danau di daerah perbatasan antara negeri Amsan dengan negeri Beth. Sesampainya disana, Marilyn belum melihat pangeran Erick. Dia menunggu dan menunggu, rasanya lama sekali, dia berpikir bahwa pangeran Erick akan memberi kejutan untuknya. Sementara itu, Pangeran Erick sedang dalam perjalanan menuju negeri Amori, Pangeran Erick terlihat lemas. “Maafkan aku, Marilyn, aku sangat mencintaimu, tetapi aku harus menuruti perintah orang tuaku” Ucap Pangeran Erick dalam hati. Kereta kuda yang membawa pangeran Erick terus melaju ke arah negeri Amori.
            Sementara itu, Marilyn masih menunggu Pangeran Erick di tepi danau, sudah satu jam ia menanti. “dimanakah dirimu, pangeran Erick, mengapa kau tak kunjung datang?” tanya Marilyn dalam hati. Hatinya terasa perih sekali, air matanya sudah di pelupuk, sesekali ia menahan air mata yang seakan-akan ingin sekali membasahi pipinya yang merona itu. “Aku sudah menunggu terlalu lama, tetapi kau tak kunjung datang juga” ucap Marilyn, kini ia menangis tersedu-sedu. Akhirnya ia memutuskan untuk pulang saja, ia berlari menuju istana, air matanya sudah tertumpah semua, hatinya benar-benar hancur, harapannya sirna sudah.
            Kereta itu terus melaju tanpa henti, Pangeran Erick terus memikirkan Marilyn. Dia takut menyakiti hati Marilyn. “sedang apakah dirimu, Marilyn? Aku ingin menemuimu dan melamarmu sebagai permaisuriku” tanya Pangeran Erick dalam hati. Akhirnya mereka sampai di negeri Amori. Pangeran Erick terlihat sangat lemas. Dia berharap semoga Marilyn mendapatkan pria yang lebih baik darinya.
            Kamar yang semula sepi kini menjadi ramai dengan kepulangan Marilyn, dia langsung menghempaskan tubuhnya di kasur empuk berwarna biru muda. Ia menangis sejadi-jadinya hingga ia tertidur. Sang Ratu yang tadinya mencari Marilyn kini sudah mengetahui apa yang terjadi pada puterinya. “Kasihan sekali anakku ini” Ujar Ratu dalam hati, ia melihat Marilyn tertidur dengan mata yang sembab. Lalu Ratu pergi meninggalkan kamar Marilyn.
***
            Keesokan harinya,  Marilyn terbangun dari tidurnya dengan mata yang sembab. Ia merasa sangat kecewa terhadap Pangeran Erick. Tiba-tiba saja ia teringat dengan cincin yang dikenakannya. Lalu ia melepaskan cincinnya dan berpikir “ingin jadi siapa lagi diriku? Aku ingin bahagia, bukan kecewa” Tiba-tiba saja dia mempunyai ide untuk menjadi siapapun yang nantinya akan menikah dengan Pangeran Erick saja. Tapi dia mengurungkan niatnya itu. Rasanya dia tak sanggup, dia ingin melupakan Pangeran Erick untuk selama-lamanya. Ia harus bisa membuang kenangan itu jauh-jauh.
            Marilyn pun kebingungan, akhirnya ia memakai cincinnya kembali dan berkata, “aku ingin tetap menjadi puteri kerajaan saja untuk sementara waktu” Marilyn masih belum bisa berpikir, hatinya masih sangat hancur. Entah sampai kapan.
***
           
            Lama-kelamaan, Marilyn merasa bosan menjadi seorang puteri kerajaan. Dia tidak bisa terlalu sering berbaur dengan teman-teman sebayanya diluar lingkungan istana. Raja dan Ratu berencana menjodohkan Marilyn dengan seorang pangeran yang berasal dari negeri Marmosa. Pangeran itu bertubuh pendek, Marilyn tidak menyukainya. Tetapi, pangeran itu terus mengejar Marilyn, lalu Marilyn masuk ke kamarnya dan segera mengunci kamarnya, dia merasa sangat kesal. Dia benar-benar ingin berubah menjadi orang lain lagi, tetapi ia masih bingung. Ia mondar-mandir mengelilingi kamarnya, terlintas di benaknya untuk berubah menjadi seorang model.            Pada jaman itu, menjadi model adalah pekerjaan yang paling menjanjikan, karena jarang sekali ada orang yang bisa menjadi model. Akhirnya,  Marilyn memutuskan untuk menjadi seorang model saja. Ia melepaskan cincinnya dan dia berkata, “baiklah, sekarang aku ingin menjadi seorang model terkenal”
***
            Suara jepretan kamera terdengar disana-sini, sinarnya menyilaukan mata. Sekarang  Marilyn sudah menjadi seorang model terkenal, semua kamera menuju kearahnya, gaya-gaya manis pun ditunjukkannya.  Muka Marilyn tidak banyak berubah dari mukanya saat menjadi seorang puteri kerajaan. Ia pun juga harus terbiasa menggunakan sepatu berhak tinggi, dan baju yang sedikit terbuka juga dandanan yang super tebal. “menjadi semakin cantik saja diriku” puji  Marilyn dalam hati. Ia pun tersenyum.
            Lalu, datanglah seorang pria tampan dan dua orang pria yang berperawakan besar dibelakangnya. Dia menarik lengan  Marilyn dan berkata, “ Marilyn, ayo ikut aku sebentar” kata pria itu dengan suara lembut. “Baiklah” jawab  Marilyn singkat. Ia tidak tahu siapa pria itu, tapi ia tetap mengikutinya saja.
            Sampailah Marilyn dan ketiga pria tadi di sebuah kafe, kedua pria yang berperawakan besar tadi pergi meninggalkan  Marilyn dan pria tadi. Langsung saja, pria itu memperkenalkan dirinya. “namaku Andrew. Aku adalah seorang desainer, aku ingin kamu yang menjadi model untuk baju-bajuku” kata Andrew sambil tersenyum. “Oh, tentu saja aku ingin menjadi modelmu” jawab  Marilyn singkat.
            Alunan musik bernuansa romantika mengiringi makan malam Andrew dan Marilyn. Mereka terus berbincang-bincang satu sama lain, tampaknya ia sedikit kebingungan tentang masa lalunya, “tidak mungkin sekali kalau aku bilang pada Andrew jika aku bisa berubah menjadi siapapun” kata Marilyn dalam hati. Ia pun membuat skenario tentang cerita masa lalunya. Acara makan malam pun selesai, Andrew mengajak Marilyn untuk tinggal bersama dia dan para model lainnya dirumahnya yang cukup besar.
            Marilyn masuk ke sebuah kamar yang bagus, rupanya itu kamar yang akan ditempati Marilyn. Marilyn sangat gembira, ia merasa sepertinya ia akan lebih bahagia menjadi model terkenal dibandingkan dengan menjadi puteri kerajaan. Lalu Marilyn masuk ke kamar mandi dan membersihkan mukanya dari dandanan yang tebal itu.
            Keesokan paginya, ia segera keluar dari kamarnya dan berkenalan dengan model-model lain yang tinggal di rumah agensi Andrew. Mereka semua tampaknya baik dan ramah terhadap Marilyn. Andrew tiba dan mengajak Marilyn juga Anastasia untuk mengikuti pemotretan untuk majalah. Setibanya di tempat pemotretan, Marilyn langsung diberi banyak sekali baju, dia pun mengganti bajunya dengan baju-baju yang diberikan oleh agensi. Gayanya yang fotogenik membuat banyak pria yang ada disana menjadi takjub. Meskipun merasa lelah, ia tetap merasa senang.
            Anastasia datang menghampiri Marilyn, ia berkata “bagus sekali gayamu tadi, Marilyn, sepertinya kini semua orang menyukaimu. Tapi aku rasa, kamu tidak akan bisa mengalahkanku.” kata Anastasia dengan ketus. Marilyn hanya bisa terdiam, lalu berkata, “aku tidak tahu bisa mengalahkan kamu atau tidak. Kita lihat saja nanti” kata Marilyn dengan perasaan gentar. Sesi pemotretan telah selesai dan mereka kembali ke rumah agensi.
***
            Marilyn merebahkan badannya di kasur, ia masih teringat kata-kata Anastasia siang tadi. Ia harus bisa mengalahkan Anastasia. Tiba-tiba pintu kamar Marilyn diketuk, lalu ia membuka pintu kamarnya, berdirilah Andrew didepan kamar Marilyn, ia membawa beberapa majalah yang di covernya terpampang foto Marilyn. Lalu Andrew berkata, “selamat, Marilyn, fotomu berhasil membuat baju-baju rancanganku laris, kamu bisa bergaya dengan baik, sehingga motif-motif dari baju yang aku buat bisa terlihat menawan” muka Andrew berbinar-binar, senyumnya sedikit membuat Marilyn melamun. “Marilyn? Hei, Marilyn?” tanya Andrew sembari membuyarkan lamunan Marilyn. “Eh, iya, maaf. Terimakasih atas pujianmu, Andrew, semoga aku bisa menjadi model terbaikmu” ucap Marilyn dengan pipi memerah.
            Jalanan kota sangat ramai, siang itu dia berjalan-jalan mengelilingi kota. Marilyn mendapatkan gaji yang cukup besar, dia memutuskan untuk membeli sebuah jam tangan untuk dirinya. Ia berkeliling dari satu toko ke toko yang lain. Akhirnya ia tertarik dengan sebuah jam berwarna perak yang bertahtakan berlian, Marilyn segera memasuki toko itu.
            Tangan Marilyn dan tangan seorang pria berkacamata hitam meraih jam tangan itu bersama-sama, sontak mereka berdua berpandang-pandangan, mereka menarik-narik jam itu, mereka saling merebutkan jam itu. “Hei, itu jam yang akan aku beli, sini berikan padaku” kata pria itu dengan nada membentak. “tidak bisa, aku duluan yang memegang jam tangan ini, berarti akulah orang pertama yang bisa memiliki jam itu”.
            Keributan dalam toko itu membuat pemilik toko langsung mendatangi Marilyn dan pria berkacamata hitam tadi, pemilik toko itu berkata, “mengapa kalian ribut dan merebut-rebutkan jam tangan itu? Tanya pemilik toko itu sambil melerai Marilyn dengan pria tadi. “Kami tak sengaja mengambil jam tangan itu secara bersamaan, lalu kami merebutnya” jawab pria itu, tampak lebih tenang dari sikapnya tadi. “adikku sudah lama menginginkan jam tangan ini, sekarang hari ulang tahunnya, aku ingin membelikannya untuk adikku” sambung pria itu menjelaskan.
            Marilyn terharu, akhirnya ia berniat untuk merelakan jam tangan itu untuk pria tadi. “lebih baik jam tangan ini kamu beli saja untuk hadiah ulang tahun adikmu, permisi” ucap Marilyn singkat, lalu ia keluar dari toko tersebut dengan sedikit rasa kesal karena tidak jadi memiliki jam tangan indah itu.
            Baru beberapa langkah ia keluar dari toko, terdengar suara pria memanggil namanya. “Marilyn, tunggu, Marilyn” lalu Marilyn menoleh dan ternyata pria tadi yang memanggil Marilyn. “ada apa ya? Bukannya kamu sudah memiliki jam tangan itu” tanya Marilyn dengan muka bingung. “aku hanya ingin mengucapkan terimakasih padamu, tadi aku belum sempat mengatakannya. Sekali lagi, terimakasih, Marilyn” ucap  pria itu, kali ini dengan suara lembut. “Sama-sama. Oh ya, dari mana kamu tau namaku? Tanya Marilyn. “oh iya, perkenalkan, namaku Robert,a ku juga seorang model, aku melihatmu beberapa hari yang lalu di tempat pemotretan, kebetulan kita satu agensi, dan di cover majalah-majalah terdapat fotomu” jelas Robert. “Oooo, baiklah, ternyata kita satu agensi ya. Maaf, aku terburu-buru, permisi” jawab Marilyn singkat. “baiklah, Marilyn. Sampai ketemu lagi” kata Robert mengakhiri percakapan mereka.
***
            Bunyi kamera terdengar dimana-mana, Marilyn terus mengganti-ganti posenya. Andrew pun datang mendekatinya dan berkata “ini baju rancanganku yang paling mewah dan mahal, kenakanlah, Marilyn” segera saja Marilyn menuju ruang ganti dan mengganti bajunya. Marilyn tampak menawan dengan baju rancangan Andrew, setiap lekukan badannya membuat Marilyn terlihat mempesona. Lalu Andrew kini yang mengarahkan pose dan gaya yang baik untuk gaun yang dibuatnya.
            Andrew diam-diam terpesona dengan kecantikan Marilyn, ia sering memperhatikan Marilyn ketika ia sedang duduk termenung atau berbicara dengan model lainnya. Terkadang, Marilyn juga merasa sering diperhatikan oleh Andrew, tetapi Marilyn masih merasa sakit hati atas perlakuan Pangeran Erick dulu, ia takut kalau Andrew akan mengecewakannya, seperti pangeran Erick mengecewakan dia dulu. Andrew tersenyum saat Marilyn sedang melihatnya juga, hatinya berdebar sangat kencang.
            Kedatangan Robert membuat Andrew kaget, rupanya ia sedang melamun, membayangkan jika Marilyn menjadi pacarnya. “Eh, ndrew, kamu lagi ngelamunin siapa sih?” tanya Robert menggoda. “Ah enggak, kamu ini lho gangguin aku aja” jawab Andrew sewot. “Jangan-jangan, kamu ngelamunin Marilyn ya?” tanya Robert dengan nada menggoda. “Iya, aku menaruh hatiku pada Marilyn” jawab Andrew sambil memandang Marilyn yang sedang bercanda dengan seorang anak kecil yang akan berfoto bersama dengannya. “Apa? Kamu suka sama Marilyn?” tanya Robert. Andrew hanya mengangguk-anggukan kepalanya.
            Entah kenapa, Robert merasa tersaingi karena Andrew menyukai Marilyn. Dia merasa tidak pantas untuk Marilyn, dia hanya seorang model yang menjadi tulang punggung keluarganya, sedangkan Andrew merupakan desainer yang kaya raya. Hatinya menciut mengetahui hal itu. “Ah, apa yang kupikirkan ini, aku tidak boleh tertarik dengan Marilyn, dia lebih pantas bersama dengan Andrew, dan dia pasti lebih bahagia bersamanya. Aku harus ikhlas” ucap Robert di perjalanan pulangnya. Robert berencana memberikan bunga untuk Marilyn sebagai ucapan terimakasihnya karena Marilyn sudah mengalah dan merelakan jam tangan yang ia ingingkan untuk Robert.

***
            “Marilyn, ini ada bunga buat kamu” ucap seorang fotografer ramah. “dari siapa ya bunga ini? Tanya Marilyn dengan penasaran. “aku tidak tahu, coba lihat saja siapa pengirimnya” jawab fotografer itu. Marilyn segera membuka amplop kecil yang terselip di dalam bunga itu, ternyata dari Andrew. Isi surat kecil itu sangatlah singkat, “kamu begitu mempesona. Andrew” wajah Marilyn langsung memerah, ia sangat senang.
            Tiba-tiba, fotografer tadi kembali dan memberikan bunga untuk Marilyn lagi dan berkata, “banyak sekali ya fans-fansmu, jadi aku deh tukang antar bunganya” timpal fotografer itu sambil tertawa terbahak-bahak. “ah kamu ini bisa aja deh” jawab Marilyn dengan muka yang masih memerah. Ketika ia akan membuka surat yang juga terselip di bunga itu, Andrew memanggil Marilyn untuk melanjutkan sesi pemotretan. Ditaruhnyalah kedua buket bunga itu dalam tas Marilyn.
            Marilyn berbaring di tempat tidurnya. Hari itu menjadi hari yang sangat melelahkan buat Marilyn, ia tidak menyangka bahwa dirinya menjadi model yang benar-benar terkenal. Marilyn tidak sengaja menyenggol tasnya, sehingga isi dari tasnya tertumpah ruah di atas tempat tidurnya. Ia melihat dua buket bunga itu dan segera meraih salah satu buket bunga yang belum ia ketahui. Buket bunga itu ternyata dari Robert, isinya, “Terimakasih sudah merelakan jam tangan yang dulu itu untuk adikku. Sekali lagi, terimakasih banyak, Marilyn” jantung Marilyn berdebar. Marilyn tidak mengetahui apa yang dia rasakan ketika membaca isi surat yang terselip di bunga pemberian Robert. Sepertinya, ia menyukai Robert.
            Ketika Marilyn melihat bunga pemberian Andrew, dia merasa sangat senang, tetapi jantungnya tidak berdebar-debar. Marilyn terus memandangi buket bunga pemberian Andrew yang berisi mawar putih dan pink, dan buket bunga pemberian Robert yang berisi mawar merah, Marilyn mengambil buket bunga pemberian Robert dan ia memeluk buket bunga itu hingga tertidur.

***
            “Apa kamu menyukai buket bunga mawar pemberianku, Marilyn?” tanya Andrew penasaran. “Iya, aku menyukainya” jawab Marilyn singkat. “terimakasih, Andrew” sambung Marilyn lalu ia meninggalkan Andrew, ia mencari Robert tetapi ia tak kunjung menemuinya. Ia terus mencari Robert hingga akhirnya ia berhasil menemukannya. Langsung saja Robert bertanya, “kamu suka kan sama buket bunga mawar merah pemberianku?” “Iya, aku sangat menyukainya, terimakasih banyak, Robert” Jawab Marilyn dengan senyum manis. “Sama-sama, seharusnya aku yang berterimakasih padamu karena sudah merelakan jam tangan yang kamu inginkan untuk adikku”jawab Robert cepat. “Kamu tidak ada bosan-bosannya ya bilang makasih terus ke aku” jawab Marilyn sambil tertawa. Robert pun menepuk dahinya dan ikut tertawa.
            Datanglah Andrew dengan raut muka geram, ia tidak senang jika Robert mendekati Marilyn karena sepertinya Marilyn tertarik pada Robert. Andrew menunggu hingga Robert dan Marilyn selesai berbincang-bincang. Setelah Marilyn meninggalkan Robert untuk melakukan pemotretan lagi, Andrew segera mendekati Robert dan berkata “ aku tidak suka jika kamu mendekati Marilyn” kata Andrew dengan nada suara yang ketus. “tadi itu adalah obrolan terakhirku dengan Marilyn, setelah itu aku tidak akan ngobrol sama dia lagi” jawab Robert tenang. “Baiklah kalau begitu” Jawab Andrew singkat dan meninggalkan Robert sendiri.
            Marilyn hanya bisa tersenyum bila membayangkan sosok Robert yang lucu dan penuh kejutan. Lalu Marilyn membayangkan jika Peri Lisa, Peri Laura, dan Peri Maureen mengetahui jika Marilyn bisa berubah menjadi siapa saja pasti mereka bertiga akan iri, Marilyn hanya bisa tertawa jika mengingat kelakuan ketiga peri itu.
***
            Robert benar-benar kesal pada perkataan Andrew tadi, dia tahu kalau Andrew menyukai Marilyn, dia tidak ingin mengganggu hubungan mereka. Dia merasa tidak pantas menjadi kekasih Marilyn, dia tidak setampan Andrew, tidak sekaya Andrew. Dia hanya bisa merelakan Marilyn untuk Andrew. “Aku harus bisa merelakan Marilyn, aku tidak akan mendekatinya lagi. Ya, aku harus bisa merelakan dan melupakannya” kata Robert dalam hati, perih sekali hati Robert.
            Marilyn pulang dengan terburu-buru, ia ingin menghindari Andrew, tetapi Andrew selalu mengejar-ngejarnya. “kalau saja aku masih punya sayap, pasti aku bisa terbang dan menghindari Andrew” batin Marilyn dalam hatinya. Akhirnya dia sampai di kamarnya dan mengunci kamarnya. “Marilyn, Marilyn, mengapa kamu terus menghindari aku?” tanya Andrew dengan suara memelas. “Aku lelah, Andrew. Aku butuh istirahat sekarang” ucap Marilyn tergesa-gesa. Tak ada suara lagi, sepertinya Andrew sudah pergi. Marilyn bernapas lega.
            Marilyn berbaring di atas tempat tidurnya, ia merasa sangat malas jika harus bertemu lagi dengan Andrew, ia berpikir untuk pindah agensi. Tetapi ia juga memikirkan perasaannya terhadap Robert, ia yakin kalau Robert juga memilikki perasaan yang sama. Ia ingin bertemu dengan Robert dan berkata jujur padanya, Marilyn tidak ingin kehilangan orang yang dia cintai lagi.
            Diam-diam, Marilyn keluar dari kamarnya, ia hendak menemui Robert. Baru beberapa langkah ada suara dari arah belakang Marilyn, “mau kemana kamu, model baru kebanggaan Andrew? Kamu nggak bersyukur ya ada Andrew yang menyukaimu?” tanya Anastasia sinis. “Bukan urusanmu!” jawab Marilyn dengan muka tak kalah sinis juga. Marilyn langsung menuju ke rumah agensi dimana Robert tinggal.
            Seperti biasa, jalanan kota padat merayap, Marilyn harus menerjang badai orang disekelilingnya. Hingga akhirnya, ia sampai di rumah agensi Robert. Segera saja ia menanyakan dimana kamar Robert. Setelah mendapatkan informasi, ia segera menuju kamar Robert. Sesampainya didepan pintu, terdengarlah suara bentakan dan adu mulut dari dalam kamar Robert.
            Marilyn kebingungan, ia memutuskan untuk mendengarkan mereka. “kau mau tahu, Marilyn tadi menghindariku, pasti ini semua gara-gara kamu” kata seseorang yang membentak Robert. “Tidak, Andrew, aku sudah berjanji pada diriku sendiri kalau aku tidak akan mendekati Marilyn. Aku ingin dia bahagia bersama kamu, karena aku tahu kalau kamu lebih pantas daripada aku. Walaupun sebenarnya aku pun menyayanginya” Jawab Robert. Marilyn pun tahu jika Andrew lah yang membentak-bentak Robert. Marilyn tidak terima kalau Andrew memaksa Robert untuk merelakan dirinya bersama Andrew. Marilyn segera membuka pintu jkamar Robert yang ternyata tidak dikunci.
            Andrew dan Robert kebingungan melihat Marilyn yang sudah menangis didepan pintu. Andrew segera mendekati Marilyn dan berusaha mengusap air matanya, tetapi Marilyn mengelak. Dengan cepat, Marilyn lari mendekati Robert dan memeluknya, tapi Robert melepaskan pelukan Marilyn, ia menjauhi Marilyn dan berkata, “kamu tidak boleh melakukan hal ini, Marilyn. Aku tidak menyayangimu. Andrew lah yang pantas untukmu” kata Robert pelan. “tidak, aku hanya ingin bersamamu, Robert.” Jawab Marilyn pelan. “tidak bisa, Marilyn, aku tidak pantas untukmu” jawab Robert setengah hati. Lalu Marilyn lari keluar tetapi sebelumnya ia berkata, “ini semua gara-gara kamu, Andrew” ucap Marilyn, setelah itu dia pergi meninggalkan Robert dan Andrew.
            Air mata masih menetes di pipi Marilyn, ia benar-benar tidak menyangka kalau Robert dan Andrew setega itu, ia benar-benar merasa lelah, ia ingin kembali ke wujud aslinya yaitu menjadi seorang peri. Tiba-tiba datanglah sinar yang menyilaukan mata Marilyn, dan tampaklah seorang malaikat dan ia berkata, “Marilyn, mengapa kau menangis? Aku tidak ingin kau menangis” kata malaikat itu, ternyata malaikat yang memberikan cincin kepada Marilyn sehinga Marilyn bisa menjadi siapapun yang ia mau. “Aku merasa sedih, malaikat, aku bingung harus bagaimana” jawab Marilyn singkat. “sebaiknya, kamu berubah saja menjadi orang lain lagi, karena aku tidak ingin melihatmu menangis lagi” kata malaikat itu. “Baiklah malaikat, nanti aku akan berubah wujud lagi, tapi tidak sekarang” jawab Marilyn. “Baik, Marilyn. Jangan bersedih lagi ya” kata malaikat itu dan malaikat itu pergi meninggalkan Marilyn.
            Marilyn segera memasuki kamarnya, ia menyayangkan sikap Andrew dan Robert. Marilyn sangat kecewa. “kenapa aku harus merasakan kecewa lagi? Ketika aku masih menjadi peri, ketika aku menjadi Puteri kerajaan, dan sekarang aku harus merasakan hal ini lagi. Aku tak sanggup” kata Marilyn sambil menangis memandangi cincin yang diberikan malaikat itu.
            “benar sekali kata malaikat itu, aku harus berubah menjadi orang lain lagi” kata Marilyn dalam hati. Ia benar-benar kebingungan, ia sudah bosan menjadi wanita cantik. Ternyata tidak semua wanita cantik itu mendapatkan kebahagiaannya. Ia berpikir untuk menjadi seorang pria saja, supaya kelak, ia tidak menyakiti perasaan wanita. Tiba-tiba, terlintas dalam benaknya untuk menjadi seorang pangeran. Ya, ia sudah memilih untuk menjadi pangeran saja. Tetapi Marilyn masih ingin menghabiskan waktunya sebagai model. Masih ada beberapa gaun yang harus dikenakannya pada pemotretan.
            Setelah selesai pemotretan, Marilyn menemui Andrew dan Robert, ia ingin berpamitan kepada mereka berdua. “Andrew, Robert, aku rasa aku ingin pindah ke kota lain. Terimakasih sudah membantuku, sehingga aku bisa terkenal” kata Marilyn sambil menahan rasa sedihnya. “Kenapa Marilyn? Maafkan aku, seharusnya aku tidak memaksa Robert untuk..” “sudah-sudah, aku tidak ingin membahasnya” kata Marilyn memotong pembicaraan Andrew. “Maafkan aku, Marilyn, aku tidak bisa membuatmu bahagia, aku sangat menyayangimu” kata Robert penuh penyesalan. “aku juga menyayangimu, Robert, tapi aku sudah memikirkan hal ini matang-matang, aku akan pindah ke kota lain. Sampai jumpa” kata Marilyn lalu meninggalkan mereka berdua.

            Marilyn menjinjing beberapa tasnya yang berisi pakaian-pakaian serta uang hasil kerjanya sebagai model. Ia memutuskan untuk memberikan baju-baju itu untuk gelandangan-gelandangan serta memberikan seluruh uangnya untuk gelandangan-gelandangan itu, karena ia merasa tidak akan membutuhkannya lagi. Setelah itu, Marilyn melepaskan cincinnya dan berkata, “sekarang, aku mau menjadi seorang pangeran” setelah itu ia memakai cincin itu kembali di jari manis kanannya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Life Lesson #1 Menghargai Waktu-In Memoriam Meika Indahsari

Apa itu Cinta?